Seperti apa besok? Bagaimana hariku di tanggal 1 Oktober 2013? Bagaimana dengan urusan umroh dan kontrakan yang selama 7 bulan aku intense setiap hari mungkin sekarang hanya tinggal seminggu sekali aku melihatnya?
Yang jelas, hidup aku akan penuh dengan warna. Tidak dirumah seharian. Sebetulnya pekerjaan mama sangat mudah, tetapi yang sulit ada di mama sendiri. Extra sabar menghadapi sikap Home Queen dengan segala pekerjaannya yang perfeksionis. Memang benar ternyata orang lain melihat orang perfeksionis adalah orang yang rumit.
Menghadapi besok, aku berpikir bisa saja atasanku lebih rumit daripada mama. Tetapi setidaknya itulah yang akan menjadi warna dalam hidupku dengan adanya pekerjaan di rumah dan di kantor. Eka pun dibawah bimbingan mama langsung mungkin shock tetapi akan banyak belajar dari mama.
We'll see
Monday, September 30, 2013
Tuesday, September 24, 2013
90 HARI MEMBUKA SIMPUL JODOH (Workshop "Akulah Jodoh Setiamu" Batch I: 21-22 Septemberr 2013 @ Hotel Grand Kemang)
90 HARI MEMBUKA SIMPUL JODOH
- Perbaiki diri dan niat
- Bergaul dengan orang sholeh
- Istighfar dan sholat taubat 2 rakaat setelah Isya
- Sedekah dan minta didoakan
- Kesungguhan kita berbanding lurus dengan kenyataan
- Banyak baca sholawat
- Maafkan dan membuka diri
- Berhenti mengeluh dan realistis
- Sensitif Surga Sensitif Neraka
- Banyak bersyukur
- Terus berbuat kebaikan dan komitmen akan syar'i
- Istikharah
- Perbanyak puasa sunah
- Perbaiki/lazimkan wudhu
- Ikhlas dan tawakal
Doa minta jodoh:
Rabbi Laa Tadzarni Fardan
QS Al Anbiya: 89
QS Al Qashash: 24
Wednesday, September 18, 2013
Wastec International dan Cahaya Mas Cemerlang
Ternyata namanya bukan Wartex International, tetapi Wastec International hahahahahaha...
Hari pertama kerja memang biasanya dimana-mana selalu "clueless". Tetapi se-clueless aku di hari pertama kerja, baru disinilah yang paling "clueless". Tidak ada plang papan nama perusahaan.
Aku awalnya semangat datang setengah jam sebelum masuk jam kantor. Pak Samuel dari Wastec sudah meminta aku datang hari ini jam 8 pagi. Ketika aku masuk, krik....krik...krik...sepi. Hanya ada petugas OB yang bernama Adi. Aku lihat ada mesin sidik jari untuk kehadiran. Hebat, pikirku.
Aku menghampiri Adi, sang OB.
"Pagi Mas, kalo Pak Samuel sudah datang?" tanyaku sopan.
"Belum, mba, Tunggu aja dulu" kata Adi sambil menunjuk bangku dibelakangku.
Akupun manut. Menunggu. Aku putuskan untuk telpon Pak Samuel.
"Pagi Pak, ini saya sudah sampai di kantor ya" kataku memberitahu
"Oh kamu ketemu sama Pak Andi saja" jawab Pak Samuel.
Setelah pembicaraan ditelpon aku tutup, kembali aku menghampiri Adi.
"Mas, kalau Pak Andi sudah datang?" tanyaku sopan.
"Pak Andi mana ya mba? Ada 3 orang yang namanya Andi disini" jawabnya
What? 3?? Oh my Allah... Akupun menelpon Pak Samuel lagi.
"Pak, maaf ada 3 yang namanya Pak Andi" kataku mengingatkan.
"Pak Andi yang dilantai 2 ya" jawab Pak Samuel.
Setelah pembicaraan ditelpon aku tutup, kembali aku menghampiri Adi.
"Mas, kalau Pak Andi lantai 2 sudah datang?" tanyaku sopan.
"3-3nya Pak Andi dilantai 2, mba" jawabnya
Aaaaaaaaaaaaaaargh.....berasa diplonco!! Aku menelpon lagi Pak Samuel.
"Pak, 3-3nya dilantai 2. Nama lengkapnya saja bagaimana?" tanyaku kesal.
"Oh Pak Andi bagian ekspedisi" kata Pak Samuel.
Setelah pembicaraan ditelpon aku tutup, kembali aku menghampiri Adi.
"Mas, kalau Pak Andi bagian ekspedisi sudah datang?" tanyaku sopan.
"Belum ada yang dateng 3-3nya" jawabnya
Cerdas sekali dunia ini. Aku membuang napas berat dan kembali duduk menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 08:15 tetapi yang baru datang dibawah 5 orang. Ini absen sidik jari ngaruh ga sih sebenarnya?
Belum abis rasa bingungku, tiba-tiba telepon di receptionist berbunyi. Aku lihat receptionist belum ada yang datang. Adi pun lari-lari ke arah meja receptionist untuk angkat telepon.
"Selama pagi, Cahaya Mas Cemerlang" jawab Adi sopan.
Aku sempat bingung. Cahaya Mas Cemerlang? Sepertinya aku pernah apply, tetapi kenapa aku diinterview oleh Wastec International, dan sekarang berada di kantor Cahaya Mas Cemerlang??
Tidak lama Pak Andi datang dan memperkenalkan aku kepada bagian HRD. Mba Dian pihak HRD orangnya sibuk sekali sehingga aku disuruh berkenalan dengan semua orang sendiri tanpa didampingi. Aneh nih cewek. Mana ada orang baru disuruh kenalan sendiri!
Tugasku adalah sebagai pengganti Chorina, sekretaris yang sudah 7 tahun bekerja dan terpaksa resign karena akan melahirkan anak kedua. Ditambah, Cahaya Mas Cemerlang (CMC) akan pindah ke Pulogadung dan Chorina tidak bisa ikut pindah karena jaraknya yang jauh dari rumah (Belakangan aku tahu bahwa CMC dan Wastec adalah perusahaan keluarga punya Chinese).
Chorina sendiri baru datang siang karena pagi harus anter anaknya ke sekolah terlebih dahulu (kantor macam apa ya ini). Alhasil dari pagi sampai siang kerjaan aku hanya bengong. Bosku bilang akan memberikan ATK kepada aku. Tidak lama kemudian salah satu staff datang hanya membawa sebuah pulpen murah dan bilang ke aku, "mba, ini ATK nya". Aku hanya bengong menerima pulpen itu. ATK gw cuma pulpen sebiji??
Begitu Chorina datang, dia minta agar aku diberikan laptop dan flashdisk. Bosku minta agar dibeli saja dulu. Ya ampun aku beneran ga habis pikir. Udah nunggu Chorina dari pagi, baru datang siang. Sekarang orangnya udah datang, kudu nunggu beli laptop dulu? Baiklah...
Alhasil aku baru kerja sore. Chorina menjelaskan pekerjaan yang harus aku kerjakan. Aku langsung tidak ada semnagat lagi untuk bekerja disitu. Terlalu banyak pekerjaan haramnya dibanding halalnya. Belum selesai masalah dikantor, begitu pulang ada demo pula didekat kantor yang membuat jalanan macet tidak bergerak. Luar biasa hari ini.
Malam harinya dirumah aku menceritakan kepada orangtua. Mama minta agar aku tidak perlu balik lagi besok. Terlalu berbahaya. Akupun setuju. Baru pertama kali aku sehari kerja langsung berhenti.
Besok shubuh aku langsung mengambil hp memberitahu lewat sms saja.
Pagi Pak Sam ysh,
Mohon maaf saya mengambil keputusan ini. Akan tetapi, saya terpaksa harus meninggalkan CMC karena satu dan lain hal. Jujur, ini baru pertama kalinya saya kerja hanya 1 hari. Saya melihat cara kerja di CMC bukan minat saya. CMC kurang lebih sama dengan waktu saya kerja di ACE Construction selama 2 tahun. Kesamaannya adalah pekerjaan utama yang harus saya kerjakan sangat bertolak belakang dengan keyakinan agama saya. Bagaimanapun juga, saya berterima kasih atas kepercayaan Bapak dan semua orang khususnya Pak Randeee selaku Direktur CMC, dan Mba Chorina yang sangat ramah sebagai sekretaris handal dan helpful kepada saya. Adapun segala dokumen dan laptop ada di dalam lemari meja kerja saya. Mohon maaf. -Puti-
Seharian hp aku tidak ada balasan apa-apa. Ternyata posisi Pak Samuel saat itu sedang ada di Batam. Pak Sam tidak bisa balas apa-apa karena belum tahu duduk persoalannya. Ketika dia kembali ke Jakarta, dia menghampiri Chorina dan menanyakan pekerjaan saya seperti apa. Chorina menjelaskan semua pekerjaan yang harus saya kerjakan. Pak Samuel pun langsung mengerti.
Tidak sampai disitu saja, Pak Samuel lalu melaporkan hal ini ke atasannya, Direktur Wastec. Pak Samuel menunjukkan sms dari aku juga. Direktur Wastec sangat kagum dengan kejujuran aku. Disatu sisi bagian audit di Wastec membutuhkan orang-orang yang jujur. Aku ditawarkan untuk bekerja di Wastec sebagai staff audit.
Awalnya aku kaget. Aku katakan pada Pak Samuel bahwa aku sangat lemah di akuntansi. Apalagi, aku juga belum ada pengalaman sama sekali sebagai audit. Pak Samuel meyakinkan bahwa aku bisa karena pada dasarnya aku sudah mengmabil S1 Ekonomi. Akupun jadi berpikir bahwa selama ini aku kerja hanya memakai ilmu D3 sekretaris saja. Mungkin ini waktunya mencoba untuk memakai ilmu S1 aku. Akupun pada akhirnya mengiyakan, dan diminta datang besok jam 10 pagi.
Doakan ya!
Saturday, September 14, 2013
Back to Work
Beberapa hari ini banyak sekali moment yang aku jalani. Mulai dari lamaran Ajeng yang berjalan cukup lancar, sibuk mau daftar CPNS dengan membeli 2 buku bank soal ternyata malah kepatok umur akhirnya gagal, sampai... hari ini.
Hari Selasa kemarin aku mendapat panggilan interview. Awalnya telpon ke hp aku, sayangnya aku pas tidak berada didekat hp. Tidak lama kemudian telpon rumah berbunyi, Eka, sekretaris umroh, yang mengangkat.
"Mba. ada telpon buat mba Puti" kata Eka.
"Oh thank you. Hallo?" kataku sambil mengambil alih telepon.
"Halo, dengan Puti Khairani Rijadi?" kata suara diseberang sana.
"Iya benar" jawabku
"Kami dari Watex International ingin mengundang Anda interview besok jam 09:00..." kata suara disana kemudian.
Sebetulnya sampai detik ini aku ragu apakah benar penulisannya adalah "Watex" karena aku sendiri lupa apakah aku pernah mengirimkan CV ke mereka atau tidak (bahkan temanku menyebutnya dengan "Warteg International"). Sebelumnya beberapa kali mendapat panggilan interview aku selalu gagal, Tapi aku putuskan untuk mencoba saja, lagipula sudah lama tidak ada panggilan interview lagi.
Keesokan harinya interview berjalan lancar. Kantornya berbentuk ruko di harmoni. Karena bidangnya adalah oil and gas, sehingga mereka membuka 3 ruko tetapi akhir bulan ini akan pindah ke Pulogadung. Bidang lingkupnya fokus di penanganan limbah. Aku langsung suka, tidak berbeda jauh dengan Pertamina Foundation, kali ini aku terlibat dibidang lingkungan lagi.
Hari Kamis, satu hari sesudah interview, paginya aku bersemangat untuk merapihkan dokumen umroh karena ATK Umroh yang kita pesan online sudah datang. Tiba-tiba telpon rumah berbunyi, EKa mengangkat.
"Mba, telpon dari Watex?" kata Eka tidak yakin
Aku langsung kaget dengan tetap berusaha tenang.
Aku mendapat panggilan 2nd interview siang hari itu juga.
Aku langsung pontang-panting untuk kesana. Setelah satu jam interview, aku diterima!.
Yaaaaaaaiy...... Alhamdulillah.... 7 bulan vacuum dari "dunia kantoran" hehehe..... Eh, tapi sebelum mulai dengan kantor baru, aku harus menyelesaikan dokumen umroh yang belum selesai. Apalagi ATK sudah datang. Selain itu juga, aku akan jarang bertemu dengan landak miniku, bebi. Tapi aku yakin bebi pun tak peduli ada aku atau tidak, secara kerjaannya hanya makan dan tidur hihi...
Anyway, jadi hari ini aku briefing ke Eka bahwa mulai hari Senin aku sudah mulai bekerja di tempat baru, mudah-mudahan mengenai umroh masih bisa dipantau dari jauh. Sebetulnya kasian meninggalkan Eka sendiri tapi aku percaya dia sudah bisa ditinggal dengan segala macam kesibukan urusan umroh. Aku bilang kepada Eka bahwa mulai Senin akan disupervisi secara langsung oleh ibuku sebagai Koordinator Umroh. Aku hanya bertemu Eka di hari Sabtu saja untuk evaluasi apa saja yang sudah dan harus dikerjakan dalam seminggu ini.
Eka dan aku pun layaknya seperti orang baru pindahan hari ini dengan adanya ATK berdatangan. Mengeluarkan ATK dari kardus, menyusun di lemari, membuat file, dan merapihkan arsip serta pembayaran. Eka sendiri juga dibuat sibuk dengan urusan dokumen asli yang harus dicatat dan disimpan. She will learns a lot here, I believe.
Rasanya melelahkan sekali tapi menyenangkan. Entah bagaimana nanti ditempat yang baru. Bersosialisasi lagi dengan lingkungan baru. Aku hanya berharap ini tempat terakhirku. Mudah-mudahan bisa betah. Aamiin.
Sekarang aku harus tidur karena besok mau makan-makan di acara ulang tahun Kak Anto (kado pun sudah aku bungkus dengan rapih). Wonderful weekend. Good night.
Thursday, September 05, 2013
Efek Tidak Komunikatif
Sebulan lebih ga nulis. Sibuk dengan pindahan rumah Jogja (dan farewell papa di JIH), persiapan lamaran Ajeng hari minggu besok, dll.
Entah kapan terakhir kalinya aku marah besar sama Ajeng. Aku selalu menganggap Ajeng sebagai adik yang selalu menyusahkan. Sifat kita sangat jauh berbeda. Kali ini kesalahan fatal dia adalah... kurang komunikatif!
Alhasil secara tidak langsung aku berpikir acara ke Mahoni tetap jadi hanya saja mama tidak ikut. Ketika jam 1 siang, aku sudah rapih duduk manis di mobil menunggu Ajeng. Sebelumnya Ajeng bilang akan siap dalam 5 menit, yang artinya kurang lebih masih sesuai dengan prediksi aku. Apa yang terjadi? Ajeng baru keluar pukul 13:30. Supir pun sampai bertanya. "Mba Ajeng belum keluar juga? Coba telpon, mba!". Aku telpon ke rumah dari dalam mobil, yang angkat Eka, assitant aku. Dia kaget, "Lah jadi daritadi Mba Puti masih diluar?". Aku sudah gondok setengah hidup. Gak urusan kerjaan. Gak urusan pribadi. Selalu terlambat!
Mood aku secara otomatis sudah ga enak, tapi masih aku tahan. Ajeng masuk mobil, boro-boro minta maaf, yang ada minta supaya ke Mahoni ditunda besok jadi bisa langsung ke Thamci. Seketika itu juga aku rasanya gak percaya atas ucapan dia. How come this girl is so arrogant?
Aku biasanya tidak pernah maki-maki Ajeng terus-terusan, tapi kali ini dia sudah kelewatan. Aku cuma bisa bilang betapa dia sangat dan sangat egois. Walaupun mama sudah setuju untuk membatalkan ke Mahoni tetapi tetap saja itu bukan etika yang bagus. Main membatalkan agenda orang lain hanya kesalahan pribadi tanpa ucapan maaf dan tanpa ada konsekuensi ke diri sendiri. Pokoknya yang utama adalah keinginan dia. This is very not her!! Ajeng terlambat, fine! Tapi bersikap egois?? BIG NO!!
Ketika sampai di Thamci, aku masih merasa, "this is very not right!!". Tidak afdhol saja rasanya aku pergi belanja dengan rasa yang ga enak. Entah kenapa aku yakin bahwa Ajeng tidak separah itu. Aku terus ngedumel sendirian dengan tujuan menyadarkan dia.
Baru setelah aku paksa secara agak kasar, dia bilang bahwa sebetulnya Mama bilang tidak perlu ke Mahoni. Saat itu, aku masih belum bisa mengerti 100%. Aku gak tau mana yang benar? Ajeng atau Mama? Kalo memang yang dibilang Ajeng benar, lalu buat apa tadi mama menitipkan dokumen buat ke Mahoni??. Tapi mama pun terkadang sama persis kayak Ajeng. Tidak terlalu komunikatif. Sangat memungkinkan juga mama lupa bahwa agenda ke Mahoni sudah dibatalkan. Atau bisa jadi mama mengatakan sesuatu yang ditangkap sama Ajeng secara berbeda. Sangat banyak kemungkinan.
Alhasil di Thamci kita berpisah, Ajeng duluan yang meninggalkan aku. Aku juga tidak perduli. Setengah jam kemudian aku sudah menemukan apa yang aku ingin beli. Aku langsung menginformasikan kepada Ajeng bahwa aku menunggu di lantai dasar. Aku berusaha untuk melupakan kesalahan Ajeng. Biasanya selalu berhasil, tapi kali ini yang ada agak gantung.
Ketika Ajeng turun ternyata dia belum mendapatkan apa-apa. Aku coba membantu memberikan saran beberapa pilihan untuk dibeli secara terburu-buru karena sudah mau tutup toko. Alhasil beli ala kadarnya saja. Selama perjalanan ke Sudirman pun aku berusaha untuk santai tapi masih tidak enak rasanya. Ketika sampai di Sudirman pun, aku bayarin Ajeng makan. Selesai makan Ajeng sholat, aku menunggu di mobil.
Beberapa lama kemudian, Ajeng selesai sholat menuju ke mobil. Ajeng minta maaf. Sebetulnya aku masih ragu bisa memaafkan atau tidak, jadi aku cuma bilang, "it's OK". Mungkin mama yang salah, tapi Ajeng lebih salah lagi karena tidak memberitahukan di awal.
Aku mengusulkan untuk dinner diluar, dan papa pun setuju. Aku berusaha senormal mungkin, tapi yang ada pas mama dateng suasananya beda. Mama ngomel-ngomel soal kontrakan, dan membicarakan hal yang serius dengan papa. Malas sekali mendengarnya. Aku memilih untuk lebih banyak diam.
Entah apa memang punya adek yang menyusahkan, apakah memang lagi PMS, atau marah karena takut dilangkahi? hehehehe.....
Entah kapan terakhir kalinya aku marah besar sama Ajeng. Aku selalu menganggap Ajeng sebagai adik yang selalu menyusahkan. Sifat kita sangat jauh berbeda. Kali ini kesalahan fatal dia adalah... kurang komunikatif!
- Pukul 11 siang Mama bilang ke aku mau pergi ke Mahoni bada dzuhur dan makan siang (sekitar jam 13:00). Catet.
- Pukul 12.30 Ajeng bilang ke aku bahwa mama sakit dan tidak jadi pergi. Ajeng menawarkan aku untuk pergi ke Thamrin City setengah jam lagi atau sekitar pukul 13:00. Catet.
- Pukul 13:00 Mama menitipkan dokumen kepada supir didepan mata aku untuk diantar ke Mahoni.
Alhasil secara tidak langsung aku berpikir acara ke Mahoni tetap jadi hanya saja mama tidak ikut. Ketika jam 1 siang, aku sudah rapih duduk manis di mobil menunggu Ajeng. Sebelumnya Ajeng bilang akan siap dalam 5 menit, yang artinya kurang lebih masih sesuai dengan prediksi aku. Apa yang terjadi? Ajeng baru keluar pukul 13:30. Supir pun sampai bertanya. "Mba Ajeng belum keluar juga? Coba telpon, mba!". Aku telpon ke rumah dari dalam mobil, yang angkat Eka, assitant aku. Dia kaget, "Lah jadi daritadi Mba Puti masih diluar?". Aku sudah gondok setengah hidup. Gak urusan kerjaan. Gak urusan pribadi. Selalu terlambat!
Mood aku secara otomatis sudah ga enak, tapi masih aku tahan. Ajeng masuk mobil, boro-boro minta maaf, yang ada minta supaya ke Mahoni ditunda besok jadi bisa langsung ke Thamci. Seketika itu juga aku rasanya gak percaya atas ucapan dia. How come this girl is so arrogant?
Aku biasanya tidak pernah maki-maki Ajeng terus-terusan, tapi kali ini dia sudah kelewatan. Aku cuma bisa bilang betapa dia sangat dan sangat egois. Walaupun mama sudah setuju untuk membatalkan ke Mahoni tetapi tetap saja itu bukan etika yang bagus. Main membatalkan agenda orang lain hanya kesalahan pribadi tanpa ucapan maaf dan tanpa ada konsekuensi ke diri sendiri. Pokoknya yang utama adalah keinginan dia. This is very not her!! Ajeng terlambat, fine! Tapi bersikap egois?? BIG NO!!
Ketika sampai di Thamci, aku masih merasa, "this is very not right!!". Tidak afdhol saja rasanya aku pergi belanja dengan rasa yang ga enak. Entah kenapa aku yakin bahwa Ajeng tidak separah itu. Aku terus ngedumel sendirian dengan tujuan menyadarkan dia.
Baru setelah aku paksa secara agak kasar, dia bilang bahwa sebetulnya Mama bilang tidak perlu ke Mahoni. Saat itu, aku masih belum bisa mengerti 100%. Aku gak tau mana yang benar? Ajeng atau Mama? Kalo memang yang dibilang Ajeng benar, lalu buat apa tadi mama menitipkan dokumen buat ke Mahoni??. Tapi mama pun terkadang sama persis kayak Ajeng. Tidak terlalu komunikatif. Sangat memungkinkan juga mama lupa bahwa agenda ke Mahoni sudah dibatalkan. Atau bisa jadi mama mengatakan sesuatu yang ditangkap sama Ajeng secara berbeda. Sangat banyak kemungkinan.
Alhasil di Thamci kita berpisah, Ajeng duluan yang meninggalkan aku. Aku juga tidak perduli. Setengah jam kemudian aku sudah menemukan apa yang aku ingin beli. Aku langsung menginformasikan kepada Ajeng bahwa aku menunggu di lantai dasar. Aku berusaha untuk melupakan kesalahan Ajeng. Biasanya selalu berhasil, tapi kali ini yang ada agak gantung.
Ketika Ajeng turun ternyata dia belum mendapatkan apa-apa. Aku coba membantu memberikan saran beberapa pilihan untuk dibeli secara terburu-buru karena sudah mau tutup toko. Alhasil beli ala kadarnya saja. Selama perjalanan ke Sudirman pun aku berusaha untuk santai tapi masih tidak enak rasanya. Ketika sampai di Sudirman pun, aku bayarin Ajeng makan. Selesai makan Ajeng sholat, aku menunggu di mobil.
Beberapa lama kemudian, Ajeng selesai sholat menuju ke mobil. Ajeng minta maaf. Sebetulnya aku masih ragu bisa memaafkan atau tidak, jadi aku cuma bilang, "it's OK". Mungkin mama yang salah, tapi Ajeng lebih salah lagi karena tidak memberitahukan di awal.
Aku mengusulkan untuk dinner diluar, dan papa pun setuju. Aku berusaha senormal mungkin, tapi yang ada pas mama dateng suasananya beda. Mama ngomel-ngomel soal kontrakan, dan membicarakan hal yang serius dengan papa. Malas sekali mendengarnya. Aku memilih untuk lebih banyak diam.
Entah apa memang punya adek yang menyusahkan, apakah memang lagi PMS, atau marah karena takut dilangkahi? hehehehe.....
Subscribe to:
Posts (Atom)