Wednesday, July 31, 2013

Emosi Hari Ini

Hasil itikaf hanya bisa bertahan 2 hari di Masjid BI. Qiyamul Lail selama 3 jam dengan 3 juz sekaligus cukup membuat badan ini lelah dan masuk angin. Tadi malam aku dan Ajeng memutuskan sahur dirumah. Istirahat dari itikaf untuk menyiapkan stamina menghadapi interview sore ini dengan Boston Consulting Indonesia, perusahaan konsulting manajemen terbesar didunia. Apalagi nanti malam akan ada bagi bingkisan lebaran ke anak-anak madrasah.

Sahur bersama mama dan Ajeng tadi sangat membuat aku... Emosi. Aku keluar kamar terakhir ketika pembicaraan mama dan Ajeng sudah dimulai.

"Ngapain pake catering?" kata Ajeng ke mama
"Gak tau, udah keputusannya begitu" kata mama.

Otak aku belum memahami 100% apa yang sedang mama dan Ajeng bicarakan.

"OK, what are we talking about?' kataku bingung.

"Hari minggu sodara2 mau pada buka puasa bersama dirumah, makanannya pake catering" kata mama memberitahu.

"Whaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat??" Rasa ngantuk hilang seketika. Aku mengambil nasi dengan perasaan shock.

Aku menjelaskan bahwa aku sudah pernah mencoba nelpon beberapa catering mulai dari catering kecil sampai catering besar (efek samping jadi sekretaris yang kerjaannya nelpon mulu), hasilnya.... BIG NO!!

Why

Ini 7 alasan kenapa acara buka puasa tidak memerlukan catering (tanpa bermaksud merendahkan jasa catering manapun)


  1. Pada umumnya catering (bahkan catering kecil sekalipun) mempunyai minimal jumlah orang (bukan jumlah pemesanan). Artinya, kita harus menghitung berapa orang yang akan hadir dimana disisi lain sebetulnya lebih mudah memprediksi berapa orang yang akan hadir. Jumlah minimal orang kalau sampai 100 orang mungkin pihak catering akan mempertimbangkan. Tetapi kalau dibawah 100 orang siap-siap nego harga.
  2. Ini bukan acara besar seperti pernikahan atau sunatan yang mana kalau pakai catering akan sangat wajar. Tetapi ini hanya BU-KA  PU-A-SA. Hanya membatalkan puasa doang tapi bareng-bareng. Lebih baik makan diluar cari tempat yang nyaman, daripada memakai catering. Jauh lebih mudah dan simple dan tidak perlu memakai adu debat untuk nego harga. 
  3. Biasanya pihak catering dalam menentukan harga melihat kondisinya. Ini acara kecil dibawah 100 orang yang diadakan di minggu terakhir, which is mendekati lebaran. SUDAH PASTI pihak catering akan memakai kesempatan untuk membuat alasan memberikan harga mahal, "Yah, ini kan acara kecil apalagi deket lebaran, kebanyakan tukang masaknya udah pada mudik, belum lagi waktunya mepet, agak susah ya... Paling kalopun bisa harganya MAHAL". Alasan ini PASTI dan PASTI dipakai pihak catering.
  4. Dari segi agama, bulan Ramadhan seharusnya bulan untuk prihatin bagi yang tidak mampu, bukan malah berfoya-foya maha dahsyat untuk membeli makanan yang belum tentu rasanya enak plus kudu ada pake acara tawar menawar dulu. Belum harus tester! Kapan mau tester kalau puasa gini? Belum lagi kalau pihak catering ada paket dengan waiter dan waitress buat melayani makanan. Harga belum tentu termasuk ongkos transport dan tips
  5. Kalau makan diluar jauh lebih mudah. Gak perlu nego harga. Tinggal datang, duduk, pesan, bayar. Makan deh! Masalah tips seikhlasnya aja. 
  6. Kalau kekeuh tetap mau diadakan dirumah pun gapapa. Sistem yang dipakai adalah "COMOT SANA COMOT SINI". Artinya, beli aja makanan yang juaranya dimana dengan harga yang terjangkau. Contoh: Somay yang enak disana. Sate yang enak dan murah disini. Tinggal datang kesana, bilang sama abangnya mau beli berapa bungkus. Hidangkan dirumah! Done! 
  7. Kalau tidak ada waktu untuk belinya, bisa juga sistem patungan seikhlasnya dari masing-masing keluarga. Kumpulkan uangnya, dan akupun bersedia membeli makanannya. Cincai banget!! Kalo perlu aku kasih bukti pembeliannya. Biarlah ongkos transport menjadi ladang amal aku pribadi.
  8. Masih denial?? Lo telpon aja sendiri ke catering. Urus deh semuanya. Aku angkat tangan. Lebih baik aku batalkan puasa hanya bermodalkan air putih dan kurma dibanding makan makanan catering yang belum tentu enak. Takutnya kalau makan, dan ternyata merasa kecewa dengan rasa dan harga yang tidak sebanding, malah jadi ga ikhlas lagi. 
  9. Good luck with your choice. Whatever it is!
  10. Sorry kalau terdengar "rude" or "selfishbut that's the truth.

Semoga dapat diterima dengan baik. Terima kasih.

Sunday, July 28, 2013

Demi Jodoh

Setelah 4 kali pertemuan kelas IQRO, dimana kita bersebelas orang harus mengulang dari alif ba ta dengan pengucapannya yang harus sesuai dengan tartil (and it's not easy at all), akhirnya libur panjang selama 2 minggu pun tiba. Libur ini bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadhan, which is a good timing for itikaf. Gak kebayang kalo kelas gak libur gimana ngantuknya bagi yang itikaf.

Insya Allah tahun ini aku ikut itikaf di Masjid BI. Dari dulu tidak pernah ikut itikaf karena mama sendirian dirumah. Tetapi sekarang selain karena pembantu memutuskan untuk tidak mudik, plus kemarin saat hadir di buka puasa bersama keluarga besar, ada pengumuman bahwa adik sepupu akan menikah tahun ini. Kind of shock. Bahkan umurnya masih lebih muda dari Ajeng, adek gua sendiri. Langsung niat itikaf total!!

Aku jadi teringat waktu buka puasa bersama di Yayasan Sultan Nashira bersama teman-teman alumni SD Meranti, salah satu temanku mengatakan untuk memperbanyak itikaf. So I think this is the time. Demi jodoh.

Awalnya mau itikaf di At Tiin karena itu yang paling dekat dengan rumah. Sayangnya tidak ada gratis sahur. Bukannya gratisan-minded, tetapi males banget kalau gelap-gelap harus jajan keluar. Apalagi belum tentu banyak yang jualan. Sekalipun banyak, belum tentu bersih. Itikaf berujung sakit kan juga ga lucu. Papa juga menyarankan lebih baik di Masjid BI saja, terjamin. Tempat sholat wanitanya private, sahur pun gratis. Tapi ya itu... semalam 3 juz. Kudu sholat sambil pegang Al Quran. Otherwise, ngantuk!

My first itikaf = 3 juz = Can't imagine.

Sehabis sahur aku menyiapkan habbatassauda kurma buat diminum setelah sahur besok. Al Quran, buku dzikir, Juz Amma, Buku2 IQRO untuk belajar, dan notes, serta alat tulis. Perjuangan demi jodoh siap dimulai. Bismillah!

Saturday, July 13, 2013

Kejutan Sebelum Ramadhan: Hadiah, Amanah, Ujian (www.nulisbuku.com)

"Hadiah, Amanah, Ujian" adalah cerita pendek yang saya tulis. Diangkat dari pengalaman pribadi, cerita ini termasuk kedalam 200 cerpen terbaik dari 800 cerita yang dilombakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 dengan tema "Kejutan Sebelum Ramadhan" oleh www.nulisbuku.com. Selamat membaca.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Selamat Milad, Ibu Nina!” teriak guru-guru madrasah Yayasan Sultan Assyifa sambil membawa kue dan kado-kado. Hari ini ulang tahun ibuku yang ke-50. Para guru madrasah yang mengajar di yayasan memberikan kejutan ulang tahun kepada ibuku sebagai Ketua Yayasan. Mereka datang ke rumah dengan sebelumnya meminta bantuan aku untuk memastikan ibuku tidak kemana-mana. Akupun sepakat. Walaupun aku anak tunggal, tetapi aku mempunyai banyak teman termasuk dengan para guru madrasah.

 “Masya Allah…” kata ibuku ketika membuka pintu. Masih dengan muka terkejut sambil tersenyum,”Ya ampun…Saya masih pakai daster! Bahkan saya sendiri tidak ingat hari ini ulang tahun saya hahaha… Ya ampun, ayo masuk dulu!” kata ibuku yang salah tingkah. Para guru pun tertawa. Setelah ibuku izin untuk berganti pakaian, kita semua berkumpul di ruang keluarga.

“Aduh terima kasih banyak ya… Kok ingat saja ulang tahun saya?’ kata ibuku dengan muka senang.

“Ya ingat dong bu, justru yang kita tidak tahu apakah ibu ada dirumah hari ini atau tidak. Makanya kita minta Putri untuk memastikan ibu tidak kemana-mana hari ini” kata Pak Kholik, salah satu guru madrasah.

Ibuku langsung melihat kepadaku yang sudah memasang muka tersenyum manis sambil menyiapkan kue dan minuman. “Dasar kamu ya!” kata Ibuku bercanda.

“Ayo sekarang buka kadonya, bu” kata bu Sari yang juga guru madrasah.

Ibuku membuka salah satu kado. Kalendar dengan latar belakang gambar kabah dan foto para guru madrasah dan ibuku berdiri didepan kabah.

“Wah bagus sekali! Kayak beneran aja ya fotonya?” tanya Ibuku memamerkan kesemuanya.
“Iya, padahal itu editan saya saja” kata Pak Andi, guru madrasah yang ahli design gambar.
“Siapa tau nanti kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” kata ibuku yang di-amin-kan oleh semua orang.
“Oya, akhir bulan ini para guru ada rencana lari bareng di Monas. Ibu ikut dong bu!” kata Pak Kholik mengundang.
“Kebetulan saya akhir bulan ini ada acara peresemian rumah sakit di Solo. Lagian saya sudah tua, sudah tidak kuat berlari. Mohon maaf” kata ibuku sopan.
“Oh kalau begitu Putri saja, mau ikut lari pagi?” kata Pak Kholik menawarkan kepadaku.
Aku melihat ibuku. Ibuku berkata, “Ajak Bu Ida juga ya” kata Ibuku menyetujui. Ibu Ida adalah supir rumah. Ya, supir kami seorang perempuan berbadan kekar tetapi lucu dan ramah. Pengetahuan akan jalan pun cukup luas. Kita semua pun setuju untuk ajak Bu Ida. Setelah satu jam berbincang-bincang dan bercanda-canda, para guru pun pamit pulang.

Hari berganti hari. Minggu berganti Minggu. Ibu dan ayahku menghadiri acara peresmian rumah sakit di Solo dimana Ayahku yang akan menjadi Direktur di rumah sakit tersebut. Sedangkan aku paling malas menghadiri acara yang resmi-resmi, lebih baik lari pagi di Monas bersama guru-guru Madrasah.

Setelah mengantar ayah dan ibuku ke bandara, aku dan Bu Ida menuju ke Monas untuk bertemu guru-guru Madrasah. Kami semua bercanda-canda dan berfoto-foto. Hari Minggu yang indah dan cerah. Saling bercanda dan tertawa bersama-sama. Menjelang siang kami istirahat. Handphoneku berbunyi telpon dari Ibuku.

Aku menggerakkan handphoneku di depan para guru dan Bu Ida sambil menggerakkan mulutku membentuk kata “mama”. Semua tersenyum dan menganggukkan kepala tanda mengerti.
Hi, ma. Gimana acaranya?” kataku sambil tersenyum.
“Rame, kamu tadi jadi lari pagi sama guru-guru?” tanya ibuku.
“Jadi, ini masih di Monas sama guru-guru dan Bu Ida. Mau makan siang. Sebentar, Putri ubah ke loudspeaker dulu ya?” tanyaku sambil tersenyum memandang guru-guru.
“Udah nih” kataku semangat.
“Halo Buu…” kata para guru menyapa Ibuku.
“Halo Bapak Ibu semuanya. Wah senang banget ya?” tanya Ibuku.
“Alhamdulillaaaah…capek!” kata para guru sambil ter tawa.
“Mama lagi apa?” tanyaku
“Mama baru selesai diperiksa dokter karena di ketiak kanan ada benjolan kecil dan sakit…” kata Ibuku dengan suara pelan.
“Benjolan? Bukan tumor kan?” tanyaku spontan. Semua guru melotot kepadaku. Aku pun tak menyangka dengan perkataan yang baru saja aku ucapkan.
Hening sesaat.
“Halo ma?” kataku memastikan.
 “Mama positif kena kanker payudara” kata Ibuku tiba-tiba.
Aku terperanjat. “Apa mama bilang?” tanyaku tak yakin.
“Mama positif kena kanker payudara” ulang Ibuku dengan suara senormal dan setegar mungkin.
Semua hening.

Ibuku menjelaskan bahwa kankernya masih stadium dini, dan dapat disembuhkan. Operasinya dijadwalkan dua minggu lagi. Para guru meminta agar Ibuku tegar dan sabar. Aku tahu ibuku menahan nangis disana mengucapkan “Aamiin” dan “terima kasih”. Akupun berusaha tegar.

Semenjak ibuku pulang dari Jogja, banyak saudara berdatangan memberikan dukungan dan doa buat Ibuku sampai menjelang operasi. Begitu juga para guru madrasah. Alhamdulillah operasi Ibuku akhirnya berjalan lancar, hanya masih harus terapi tangan saja.

Aku sedang membereskan meja mau pulang dari kantor. Teman kantorku yang baru saja pulang umroh, menghampiriku untuk pulang bareng. Sepanjang perjalanan dia cerita mengenai pelayanan pihak travel umroh yang dia daftar sangat bagus dan enak sekali. Harganya pun murah karena untuk jumlah besar ada harga promo. Aku ditunjukkan foto-fotonya. Sesaat aku teringat ucapan ibuku, “Siapa tau nanti kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” waktu ulang tahun ibuku.

Setelah aku berikan nomor telpon travel tersebut, ibuku langsung cek untuk promo umroh. Pendaftaran umroh promo harus satu tahun sebelumnya dan harus ada koordinatornya. Pihak travel menyarankan agar bekerjasama dengan yayasan ibuku. Tentu saja ibuku setuju dan sangat senang.

Ibuku mengadakan syukuran kecil-kecilan mengundang para guru, saudara, pihak rumah sakit yang membantu operasi ibuku, dan pihak travel, untuk menyampaikan rasa terima kasih dan atas dukungan serta doa yang diberikan. Sekaligus juga dalam rangka menjelang Ramadhan.

“Memasuki bulan Ramadhan, sebulan ini saya diberikan penuh kejutan mulai dari hal yang kecil yaitu kejutan dari para guru di hari ulang tahun saya, dimana waktu itu saya mendapatkan hadiah kalendar dengan latar belakang ka’bah, dan Insya Allah amanah untuk menjadi koordinator umroh tahun depan bersama dengan guru madrasah dan keluarga besar. Begitu juga dengan kejutan yang harus menguji keimanan dengan adanya kanker payudara. Harapan saya, semoga dengan adanya kejutan-kejutan ini membuat ibadah saya lebih baik dan puasa Ramadhan kita semua diterima Allah SWT” kata ibuku yang di-amin-kan oleh semua orang. 

Tuesday, July 09, 2013

Kuliah Perdana IQRO Islamic Centre Angkt 24 (6 Juli 2013)

TARHIB RAMADHAN
by Ust. Ahsin Shaqo

Tarhib adalah menjadikan orang senang. Tarhib Ramadhan adalah menyambut Ramadhan dengan segala kesenangan (kecintaan). Ramadhan adalah bulan dimana Allah menurunkan Al Quran. Penyebab Allah memberikan pahala khusus dibulan Ramadhan yaitu kecintaan seseorang dengan harta yang diuji dengan zakat. Allah ingin mengetahui sejauh mana orang tersebut mengeluarkan hartanya untuk Allah. Jika itu sudah dilalui, maka Allah ingin mengetahui lebih dalam lagi dengan melihat ibadah shaum nya. Semakin ibadah shaum dijadikan sebagai ladang amal maka semakin besar pahalanya.


Anggap Ramadhan adalah sebagai datangnya tamu agung sehingga kita memberikan apa yang disenangi dan menyediakan dengan senang hati agar tamu tersebut senang dilingkungan kita. Apa yang disenangi tamu agung ini adalah membaca Al Quran.


Nabi Muhammad SAW memperingatkan bahwa dalam memperingati Ramadhan agar jangan berpuasa dalam rangka lain-lain kecuali iman kepada Allah SWT. Disatu sisi puasa membuat perut kita kosong tetapi disisi lain memberikan "makanan" untuk roh kita. Mengisi kerohanian kita dengan selalu mengingat bahwa diatas sana ada "CCTV" yang mengawasi dan ada bersama kita.

Hasil dari bulan Ramadhan merupakan perilaku kita setelah Ramadhan setelah melakukan "training" selama sebulan. Allah menyukai orang-orang yang dapat "bergaul" dgn Al Quran. Lebih baik membaca Al Quran sedikit tetapi bisa memahami kandungan isinya daripada membaca Al Quran secara banyak dan cepat tetapi tidak mendalaminya. Selain itu, Allah juga menghargai orang yg membaca Al Quran masih terbata-bata supaya kita belajar dengan ikhlas. Jadikanlah Ramadhan tahun ini lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya.

Monday, July 08, 2013

IQRO Islamic Centre

Sekitar sebulan yang lalu Ajeng, adikku, mengajak aku untuk ikut kelas Tahfidz di LTQ IQRO di Jatimakmur. Aku pikir tidak ada salahnya dicoba. Hari ini diadakan placement test untuk mengetahui level atau kelas penempatan. Aku berharap levelku tidak lebih rendah dibanding Ajeng. Minimal sama. But then, aku sadar bahwa aku ga bisa bersaing dengan Ajeng. Setiap orang mempunyai kekuatannya masing-masing, right? Aku akan pasrah. No matter what level yang aku dapatkan semoga itu yang terbaik untukku. Teman-temanku juga bilang bahwa Ajeng sudah master dalam hal ini. Percuma juga saingan dengan Ajeng.

Sehari sebelumnya aku membaca Al Quran lebih lama dari biasanya dengan tujuan besok bisa membaca dengan lancar dan baik. Aku datang pagi, sedangkan Ajeng memutuskan untuk dateng siang.

Sekolah IQRO dimataku sangat biasa. Ya, OK deh halamannya ada Islamic Centre dan TK juga, tapi ya biasa saja menurutku. Nothing special. Tiba disana banyak sekali yang masih antri sambil membaca Al Quran. Aku memutuskan untuk membaca Al Quran juga dari ipad yang aku bawa. Masih ada 10 orang lagi sebelum aku. Akupun whatsapp Ajeng untuk datang segera melihat panjangnya antrian. 

Ketika tiba giliranku, aku membaca dengan baik. Hanya ada satu kesalahan baca saja menurutku. Ustadzah yang menguji tidak memperhatikan bacaan aku. Dia bisa sambil ngobrol lalu tiba-tiba mengoreksi bacaan aku. Hapal Qur'an niy Ustadzah, pikirku. Aku sebetulnya sempet takut kalau misalnya ditanya mengenai hukum-hukum bacaan Al Quran. Aku tidak hapal namanya tetapi aku tau cara bacanya.

Tanggal 6 Juli pengumuman keluar sekaligus dengan kuliah perdana mengenai Tahrib Ramadhan. Sambutan diberikan oleh Direktur IQRO, Ummi Rif'ah. Beliaulah yang waktu itu menjadi penguji pada waktu placement test. Dari beliau aku tau bahwa IQRO ternyata sangat luar biasa. Angkatannya bisa mencapai ribuan per tahun, gurunya pun ratusan. Alumni yang sudah lulus pun tak kalah banyaknya. Aku bahkan berpikiran kelak ketika punya anak nanti akan aku masukkan ke dalam IQRO. Belum tentu LTQ lain bisa seperti IQRO kan?

Selesai kuliah perdana, aku melihat papan pengumuman. Pada dasarnya aku tidak mengetahui harus melihat di level mana jadi aku putuskan untuk melihat semua papan penguman yang ada mulai. Ternyata aku melihat papan pengumuman dari level yang tertinggi ke level yang terendah. Papan pertama adalah Kelompok Tahfidz, namaku dan Ajeng tidak ada. Papan kedua adalah kelompok Pra Tahfidz, juga tidak ada. Papan ketiga adalah kelompok Tahsin, juga tidak. Papan terakhir yang paling dasar adalah kelompok Pra Tahsin.

Aku sama Ajeng masuk kedalam kelompok 1. Kelompok Al Fatihah, namanya. Ajeng menjadi bendahara dari total 11 orang yang ada di kelompok kami dibawah ajaran Ustadjah Yunita. Kami mendapat tugas tilawah dalam 1 bulan minimal harus membaca 5 juz, jika tidak akan mendapat sanksi tambahan juz. Semangat!!


Tuesday, July 02, 2013

Bekerjasamalah kamu dalam Kebaikan

"Mba, ada orang yang mau ketemu sama Bapak tapi Bapak ga ada. Coba temuin dulu deh mba" kata Njuh pembantu yang belum sebulan kerja di rumah. Aku buru-buru menyelesaikan sarapan pagiku, dan berjalan keluar pintu . Seorang bapak tua didepan pagar rumah.

"Darimana pak?" tanyaku sopan
"Saya mau ketemu Bapak" kata Bapak itu.
"Maaf, bapaknya tidak ada" kataku singkat.
"Pulangnya jam berapa?" tanya Bapak tua itu lagi.
"Entah. Ada pesan?" tanyaku masih berusaha sopan.
"Saya dateng jauh-jauh ingin ketemu Bapak" jawabnya jujur.


Teruuuuuus.....?? Gw mesti gimana dong paak?? tanyaku dalam hati


"Gini aja deh pak. Lebih baik Bapak pulang saja, kalau mau kesini lagi telpon dulu aja. Jadi gak datang sia-sia" kataku.


"Nomor telponnya berapa?" tanyanya.


Aku akhirnya memberikan nomor telepon rumah. Big mistakes! Malamnya Bapak itu telpon ke rumah jam 11 malem!!


"Halo?" jawabku mengangkat telpon.
"Bapaknya ada? Saya yang tadi pagi datang ke rumah." kata Bapak tua itu.
"Nama Bapak siapa?" tanyaku kesal.
"Saya Aan. Saya sama teman saya, Robi" katanya.


Kagak nanya! batinku kesal.


"Ada keperluan apa ya, pak? Ayah saya belum pulang!" kataku,
"Oh belum pulang ya. Pulangnya kapan? tanyanya
"Saya tidak tahu. Boleh saya tau Bapak ada urusan apa dengan ayah saya?" tanyaku ga sabar.
"Saya mau minta sumbangan. Saya sama temen saya. Ini saya sekarang nginep dirumah temen saya sampai bisa ketemu Bapak" kata Bapak tua itu akhirnya


What??? Minta sumbangan kenapa cuma bokap doang yang dicariin!! Aneh!!


"Maaf, ayah saya belum pulang, dan saya ga tau pulangnya kapan" kataku langsung menutup telpon.


Aku langsung sms Papa dan tetanggaku yang ayahnya adalah ketua RT. Ayahku bilang juga tidak kenal dengan yang namanya Aan. Tetanggaku menyampaikan untuk tetap hati-hati dan akan mengirimkan satpam seminggu ini untuk terus memantau rumah. Aku tidak bisa tidur dan memutuskan bertanya ke temanku yang selalu bisa menenagkan aku, Mba Tisya. Akupun mengambil handphone dan langsung whatsapp Mba Tisya.


"Buuuu......sudah tidurkah? Mau nanya doong..." tulisku


"Nanya apaaa?" balas Mba Tisya


"Boleh gak siy kita menolak sumbangan orang lain kalau kita sudah punya "data" orang-orang yang selalu kita sumbangin? Jadi kalau misalnya ada orang lain datang (bukan dari orang yang kita kenal) minta sumbangan, kita bisa bilang, "Maaf kita sudah menyumbang ditempat lain?". Kalau kita bilang "ga ada" nanti disangka sombong, kikir, atau apalah itu. Apalagi kalau kita bilang "kita ga terima sumbangan" bukan?"


"Bisaa... Malah kalau aku udah ga pake kata maaf lagi. Bilang aja langsung kita sudah punya lembaga sendiri buat dana sumbangan kita, Pokoknya 99.9% peminta-door-to-door itu penipuan. Apalagi yang nodong pake amplop. Uangnya hanya dipake buat diri sendiri" kata Mba Tisya menjelaskan.


"Oh my God, dari kemaren2 kek gua nanya ini ke dirimu. Itu istilah tepat banget "peminta door to door". Bikin esmosi! Aku tau siy kebanyakan nipu, tapi yg penting niat dari kitanya bukan? Walaupun aku ga niat sama "penipu door to door". Eh "peminta door to door" maksudnya. Ya apapun itulah pokoknya".

"Jangan salah! Niat baik itu harus ada dalilnya. Kalau kita niat baik dan ikhlas memberikan uang tetapi ternyata uang itu disalahgunakan berarti kita mendukung mereka untuk berbuat dosa. Kan dalam Al Quran dikatakan, "Bekerjasamalah kamu dalam kebaikan dan jangan bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.” – Surah Al-Maidah Ayat 2.

"Ow iya ya... benar... Sekarang kan juga banyak bgt yang pake jualan barang dan memelas minta kita supaya beli berapa aja deh harganya. Itu juga sama aja ya? Apalagi kalau kita ga niat beli barangnya" 

"Kalo yang namanya jual-beli harus ada keridhaan antara penjual dan pembeli. Kalo barangnya tidak diperlukan dan tidak bermanfaat ya lebih baik tidak usah gpp. Islam itu mengajarkan untuk tangguh. Dalam menjual tidak bisa memasang muka memelas. Membeli pun tidak hanya bisa bermodalkan ada uang. Harus ikhlas" 

"Iya. Aku masih harus belajar untuk tangguh sepertinya hehe" 

"Tidak bisa hanya sekedar niat baik memang" 

"Thanks bu. Sangat membantu, dan berguna" kataku

"Sama-sama. Wallahu 'alam. Anyway, besok 1st day school Hilmi. Jadi aku harus tidur. Good night"

"Good night. Good luck for Hilmi tomorrow"

"Thanks bu"

"Sama-sama".