"Hadiah, Amanah, Ujian" adalah cerita pendek yang saya tulis. Diangkat dari pengalaman pribadi, cerita ini termasuk kedalam 200 cerpen terbaik dari 800 cerita yang dilombakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 dengan tema "Kejutan Sebelum Ramadhan" oleh www.nulisbuku.com. Selamat membaca.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Selamat Milad,
Ibu Nina!” teriak guru-guru madrasah Yayasan Sultan Assyifa sambil membawa kue
dan kado-kado. Hari ini ulang tahun ibuku yang ke-50. Para guru madrasah yang
mengajar di yayasan memberikan kejutan ulang tahun kepada ibuku sebagai Ketua
Yayasan. Mereka datang ke rumah dengan sebelumnya meminta bantuan aku untuk
memastikan ibuku tidak kemana-mana. Akupun sepakat. Walaupun
aku anak tunggal, tetapi aku mempunyai banyak teman termasuk dengan para guru
madrasah.
“Masya Allah…” kata ibuku ketika membuka
pintu. Masih dengan muka terkejut sambil tersenyum,”Ya ampun…Saya masih pakai
daster! Bahkan saya sendiri tidak ingat hari ini ulang tahun saya hahaha… Ya
ampun, ayo masuk dulu!” kata ibuku yang salah tingkah. Para guru pun tertawa.
Setelah ibuku izin untuk berganti pakaian, kita semua berkumpul di ruang
keluarga.
“Aduh terima
kasih banyak ya… Kok ingat saja ulang tahun saya?’ kata ibuku dengan muka
senang.
“Ya ingat dong
bu, justru yang kita tidak tahu apakah ibu ada dirumah hari ini atau tidak.
Makanya kita minta Putri untuk memastikan ibu tidak kemana-mana hari ini” kata
Pak Kholik, salah satu guru madrasah.
Ibuku langsung
melihat kepadaku yang sudah memasang muka tersenyum manis sambil menyiapkan kue
dan minuman. “Dasar kamu ya!” kata Ibuku bercanda.
“Ayo sekarang
buka kadonya, bu” kata bu Sari yang juga guru madrasah.
Ibuku membuka
salah satu kado. Kalendar dengan latar belakang gambar kabah dan foto para guru
madrasah dan ibuku berdiri didepan kabah.
“Wah bagus
sekali! Kayak beneran aja ya fotonya?” tanya Ibuku memamerkan kesemuanya.
“Iya, padahal
itu editan saya saja” kata Pak Andi, guru madrasah yang ahli design gambar.
“Siapa tau nanti
kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” kata ibuku yang di-amin-kan oleh
semua orang.
“Oya, akhir
bulan ini para guru ada rencana lari bareng di Monas. Ibu ikut dong bu!” kata
Pak Kholik mengundang.
“Kebetulan saya
akhir bulan ini ada acara peresemian rumah sakit di Solo. Lagian saya sudah
tua, sudah tidak kuat berlari. Mohon maaf” kata ibuku sopan.
“Oh kalau begitu
Putri saja, mau ikut lari pagi?” kata Pak Kholik menawarkan kepadaku.
Aku melihat
ibuku. Ibuku berkata, “Ajak Bu Ida juga ya” kata Ibuku menyetujui. Ibu Ida
adalah supir rumah. Ya, supir kami seorang perempuan berbadan kekar tetapi lucu
dan ramah. Pengetahuan akan jalan pun cukup luas. Kita semua pun setuju untuk
ajak Bu Ida. Setelah satu jam berbincang-bincang dan bercanda-canda, para guru
pun pamit pulang.
Hari berganti
hari. Minggu berganti Minggu. Ibu dan ayahku menghadiri acara peresmian rumah
sakit di Solo dimana Ayahku yang akan menjadi Direktur di rumah sakit tersebut.
Sedangkan aku paling malas menghadiri acara yang resmi-resmi, lebih baik lari
pagi di Monas bersama guru-guru Madrasah.
Setelah
mengantar ayah dan ibuku ke bandara, aku dan Bu Ida menuju ke Monas untuk
bertemu guru-guru Madrasah. Kami semua bercanda-canda dan berfoto-foto. Hari
Minggu yang indah dan cerah. Saling bercanda dan tertawa bersama-sama.
Menjelang siang kami istirahat. Handphoneku
berbunyi telpon dari Ibuku.
Aku menggerakkan
handphoneku di depan para guru dan Bu
Ida sambil menggerakkan mulutku membentuk kata “mama”. Semua tersenyum dan
menganggukkan kepala tanda mengerti.
“Hi, ma. Gimana acaranya?” kataku sambil
tersenyum.
“Rame, kamu tadi
jadi lari pagi sama guru-guru?” tanya ibuku.
“Jadi, ini masih
di Monas sama guru-guru dan Bu Ida. Mau makan siang. Sebentar, Putri ubah ke loudspeaker dulu ya?” tanyaku sambil
tersenyum memandang guru-guru.
“Udah nih”
kataku semangat.
“Halo Buu…” kata
para guru menyapa Ibuku.
“Halo Bapak Ibu
semuanya. Wah senang banget ya?” tanya Ibuku.
“Alhamdulillaaaah…capek!”
kata para guru sambil ter tawa.
“Mama lagi apa?”
tanyaku
“Mama baru
selesai diperiksa dokter karena di ketiak kanan ada benjolan kecil dan sakit…”
kata Ibuku dengan suara pelan.
“Benjolan? Bukan
tumor kan?” tanyaku spontan. Semua guru melotot kepadaku. Aku pun tak menyangka
dengan perkataan yang baru saja aku ucapkan.
Hening sesaat.
“Halo ma?”
kataku memastikan.
“Mama positif kena kanker payudara” kata Ibuku
tiba-tiba.
Aku terperanjat.
“Apa mama bilang?” tanyaku tak yakin.
“Mama positif
kena kanker payudara” ulang Ibuku dengan suara senormal dan setegar mungkin.
Semua hening.
Ibuku
menjelaskan bahwa kankernya masih stadium dini, dan dapat disembuhkan.
Operasinya dijadwalkan dua minggu lagi. Para guru meminta agar Ibuku tegar dan
sabar. Aku tahu ibuku menahan nangis disana mengucapkan “Aamiin” dan “terima
kasih”. Akupun berusaha tegar.
Semenjak ibuku
pulang dari Jogja, banyak saudara berdatangan memberikan dukungan dan doa buat
Ibuku sampai menjelang operasi. Begitu juga para guru madrasah. Alhamdulillah operasi
Ibuku akhirnya berjalan lancar, hanya masih harus terapi tangan saja.
Aku sedang
membereskan meja mau pulang dari kantor. Teman kantorku yang baru saja pulang
umroh, menghampiriku untuk pulang bareng. Sepanjang perjalanan dia cerita
mengenai pelayanan pihak travel umroh yang dia daftar sangat bagus dan enak sekali.
Harganya pun murah karena untuk jumlah besar ada harga promo. Aku ditunjukkan
foto-fotonya. Sesaat aku teringat ucapan ibuku, “Siapa tau nanti kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” waktu
ulang tahun ibuku.
Setelah aku berikan
nomor telpon travel tersebut, ibuku langsung cek untuk promo umroh. Pendaftaran
umroh promo harus satu tahun sebelumnya dan harus ada koordinatornya. Pihak
travel menyarankan agar bekerjasama dengan yayasan ibuku. Tentu saja ibuku
setuju dan sangat senang.
Ibuku mengadakan
syukuran kecil-kecilan mengundang para guru, saudara, pihak rumah sakit yang
membantu operasi ibuku, dan pihak travel, untuk menyampaikan rasa terima kasih dan
atas dukungan serta doa yang diberikan. Sekaligus juga dalam rangka menjelang
Ramadhan.
“Memasuki bulan
Ramadhan, sebulan ini saya diberikan penuh kejutan mulai dari hal yang kecil
yaitu kejutan dari para guru di hari ulang tahun saya, dimana waktu itu saya
mendapatkan hadiah kalendar dengan latar belakang ka’bah, dan Insya Allah amanah
untuk menjadi koordinator umroh tahun depan bersama dengan guru madrasah dan
keluarga besar. Begitu juga dengan kejutan yang harus menguji keimanan dengan
adanya kanker payudara. Harapan saya, semoga dengan adanya kejutan-kejutan ini
membuat ibadah saya lebih baik dan puasa Ramadhan kita semua diterima Allah
SWT” kata ibuku yang di-amin-kan oleh semua orang.
2 comments:
bagus Put, ayo semangat nulis terus! :)
thank you, run. *semangat
Post a Comment