Saturday, July 13, 2013

Kejutan Sebelum Ramadhan: Hadiah, Amanah, Ujian (www.nulisbuku.com)

"Hadiah, Amanah, Ujian" adalah cerita pendek yang saya tulis. Diangkat dari pengalaman pribadi, cerita ini termasuk kedalam 200 cerpen terbaik dari 800 cerita yang dilombakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 dengan tema "Kejutan Sebelum Ramadhan" oleh www.nulisbuku.com. Selamat membaca.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Selamat Milad, Ibu Nina!” teriak guru-guru madrasah Yayasan Sultan Assyifa sambil membawa kue dan kado-kado. Hari ini ulang tahun ibuku yang ke-50. Para guru madrasah yang mengajar di yayasan memberikan kejutan ulang tahun kepada ibuku sebagai Ketua Yayasan. Mereka datang ke rumah dengan sebelumnya meminta bantuan aku untuk memastikan ibuku tidak kemana-mana. Akupun sepakat. Walaupun aku anak tunggal, tetapi aku mempunyai banyak teman termasuk dengan para guru madrasah.

 “Masya Allah…” kata ibuku ketika membuka pintu. Masih dengan muka terkejut sambil tersenyum,”Ya ampun…Saya masih pakai daster! Bahkan saya sendiri tidak ingat hari ini ulang tahun saya hahaha… Ya ampun, ayo masuk dulu!” kata ibuku yang salah tingkah. Para guru pun tertawa. Setelah ibuku izin untuk berganti pakaian, kita semua berkumpul di ruang keluarga.

“Aduh terima kasih banyak ya… Kok ingat saja ulang tahun saya?’ kata ibuku dengan muka senang.

“Ya ingat dong bu, justru yang kita tidak tahu apakah ibu ada dirumah hari ini atau tidak. Makanya kita minta Putri untuk memastikan ibu tidak kemana-mana hari ini” kata Pak Kholik, salah satu guru madrasah.

Ibuku langsung melihat kepadaku yang sudah memasang muka tersenyum manis sambil menyiapkan kue dan minuman. “Dasar kamu ya!” kata Ibuku bercanda.

“Ayo sekarang buka kadonya, bu” kata bu Sari yang juga guru madrasah.

Ibuku membuka salah satu kado. Kalendar dengan latar belakang gambar kabah dan foto para guru madrasah dan ibuku berdiri didepan kabah.

“Wah bagus sekali! Kayak beneran aja ya fotonya?” tanya Ibuku memamerkan kesemuanya.
“Iya, padahal itu editan saya saja” kata Pak Andi, guru madrasah yang ahli design gambar.
“Siapa tau nanti kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” kata ibuku yang di-amin-kan oleh semua orang.
“Oya, akhir bulan ini para guru ada rencana lari bareng di Monas. Ibu ikut dong bu!” kata Pak Kholik mengundang.
“Kebetulan saya akhir bulan ini ada acara peresemian rumah sakit di Solo. Lagian saya sudah tua, sudah tidak kuat berlari. Mohon maaf” kata ibuku sopan.
“Oh kalau begitu Putri saja, mau ikut lari pagi?” kata Pak Kholik menawarkan kepadaku.
Aku melihat ibuku. Ibuku berkata, “Ajak Bu Ida juga ya” kata Ibuku menyetujui. Ibu Ida adalah supir rumah. Ya, supir kami seorang perempuan berbadan kekar tetapi lucu dan ramah. Pengetahuan akan jalan pun cukup luas. Kita semua pun setuju untuk ajak Bu Ida. Setelah satu jam berbincang-bincang dan bercanda-canda, para guru pun pamit pulang.

Hari berganti hari. Minggu berganti Minggu. Ibu dan ayahku menghadiri acara peresmian rumah sakit di Solo dimana Ayahku yang akan menjadi Direktur di rumah sakit tersebut. Sedangkan aku paling malas menghadiri acara yang resmi-resmi, lebih baik lari pagi di Monas bersama guru-guru Madrasah.

Setelah mengantar ayah dan ibuku ke bandara, aku dan Bu Ida menuju ke Monas untuk bertemu guru-guru Madrasah. Kami semua bercanda-canda dan berfoto-foto. Hari Minggu yang indah dan cerah. Saling bercanda dan tertawa bersama-sama. Menjelang siang kami istirahat. Handphoneku berbunyi telpon dari Ibuku.

Aku menggerakkan handphoneku di depan para guru dan Bu Ida sambil menggerakkan mulutku membentuk kata “mama”. Semua tersenyum dan menganggukkan kepala tanda mengerti.
Hi, ma. Gimana acaranya?” kataku sambil tersenyum.
“Rame, kamu tadi jadi lari pagi sama guru-guru?” tanya ibuku.
“Jadi, ini masih di Monas sama guru-guru dan Bu Ida. Mau makan siang. Sebentar, Putri ubah ke loudspeaker dulu ya?” tanyaku sambil tersenyum memandang guru-guru.
“Udah nih” kataku semangat.
“Halo Buu…” kata para guru menyapa Ibuku.
“Halo Bapak Ibu semuanya. Wah senang banget ya?” tanya Ibuku.
“Alhamdulillaaaah…capek!” kata para guru sambil ter tawa.
“Mama lagi apa?” tanyaku
“Mama baru selesai diperiksa dokter karena di ketiak kanan ada benjolan kecil dan sakit…” kata Ibuku dengan suara pelan.
“Benjolan? Bukan tumor kan?” tanyaku spontan. Semua guru melotot kepadaku. Aku pun tak menyangka dengan perkataan yang baru saja aku ucapkan.
Hening sesaat.
“Halo ma?” kataku memastikan.
 “Mama positif kena kanker payudara” kata Ibuku tiba-tiba.
Aku terperanjat. “Apa mama bilang?” tanyaku tak yakin.
“Mama positif kena kanker payudara” ulang Ibuku dengan suara senormal dan setegar mungkin.
Semua hening.

Ibuku menjelaskan bahwa kankernya masih stadium dini, dan dapat disembuhkan. Operasinya dijadwalkan dua minggu lagi. Para guru meminta agar Ibuku tegar dan sabar. Aku tahu ibuku menahan nangis disana mengucapkan “Aamiin” dan “terima kasih”. Akupun berusaha tegar.

Semenjak ibuku pulang dari Jogja, banyak saudara berdatangan memberikan dukungan dan doa buat Ibuku sampai menjelang operasi. Begitu juga para guru madrasah. Alhamdulillah operasi Ibuku akhirnya berjalan lancar, hanya masih harus terapi tangan saja.

Aku sedang membereskan meja mau pulang dari kantor. Teman kantorku yang baru saja pulang umroh, menghampiriku untuk pulang bareng. Sepanjang perjalanan dia cerita mengenai pelayanan pihak travel umroh yang dia daftar sangat bagus dan enak sekali. Harganya pun murah karena untuk jumlah besar ada harga promo. Aku ditunjukkan foto-fotonya. Sesaat aku teringat ucapan ibuku, “Siapa tau nanti kita semua bisa ke Tanah Suci bareng-bareng” waktu ulang tahun ibuku.

Setelah aku berikan nomor telpon travel tersebut, ibuku langsung cek untuk promo umroh. Pendaftaran umroh promo harus satu tahun sebelumnya dan harus ada koordinatornya. Pihak travel menyarankan agar bekerjasama dengan yayasan ibuku. Tentu saja ibuku setuju dan sangat senang.

Ibuku mengadakan syukuran kecil-kecilan mengundang para guru, saudara, pihak rumah sakit yang membantu operasi ibuku, dan pihak travel, untuk menyampaikan rasa terima kasih dan atas dukungan serta doa yang diberikan. Sekaligus juga dalam rangka menjelang Ramadhan.

“Memasuki bulan Ramadhan, sebulan ini saya diberikan penuh kejutan mulai dari hal yang kecil yaitu kejutan dari para guru di hari ulang tahun saya, dimana waktu itu saya mendapatkan hadiah kalendar dengan latar belakang ka’bah, dan Insya Allah amanah untuk menjadi koordinator umroh tahun depan bersama dengan guru madrasah dan keluarga besar. Begitu juga dengan kejutan yang harus menguji keimanan dengan adanya kanker payudara. Harapan saya, semoga dengan adanya kejutan-kejutan ini membuat ibadah saya lebih baik dan puasa Ramadhan kita semua diterima Allah SWT” kata ibuku yang di-amin-kan oleh semua orang. 

2 comments:

Runi said...

bagus Put, ayo semangat nulis terus! :)

Unknown said...

thank you, run. *semangat